Oleh:
Adriana Dwi Ismita, S.Pd.
Guru Matematika SMP Islam Al-Azhar Cairo Palembang
Keabstrakan Matematika menjadi hal yang mungkin menakutkan bagi kebanyakan orang, khususnya bagi siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat ahli Matematika Kneebone yang menyatakan bahwa Matematika hanya studi tentang struktur abstrak, atau pola formal keterhubungan. Ilmu abstrak yang banyak menyimpan simbol dan objek yang tidak ditemukan dalam kehidupan nyata sehari-hari, menjadikan Matematika asing untuk diterima.
Ketidakwujudan dalam bentuk konkret atau nyata, yang membatasi Matematika hanya dalam pikiran saja. Tentunya hal ini menjadi pandangan negatif yang menyebabkan citra pembelajaran Matematika tidak baik. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi ketika memahami Matematika secara mendalam menjadi permasalahan penting yang harus diselesaikan.
Matematika adalah ilmu universal yang merasuki setiap bidang kehidupan. Matematika menjadi dasar penunjang ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, seperti Fisika, Kimia, Biologi, Teknologi, bahkan Seni sekalipun. Pola pikir terhadap kehidupan pun sangat erat kaitannya dengan Matematika.
Contoh sederhananya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang pergi ke sebuah toko untuk membeli sesuatu. Kegiatan ekonomi seperti ini tidak akan pernah terlepas dalam kehidupan sehari-hari manusia. Bayangkan jika seandainya kita tidak bisa menghitung uang, menghitung total harga barang yang akan dibeli, atau membandingkan apakah uang yang kita bawa akan cukup untuk membayar semua yang kita beli. Lalu bisa dibayangkan semua kondisi itu tidak akan pernah terlepas dari bantuan ilmu Matematika.
Tidak cukup hanya itu. Contoh lainnya yang lebih kekinian, yakni memesan makanan melalui aplikasi online. Bagaimana strategi dan cara yang dapat dilakukan agar memperoleh potongan yang besar ketika ada promo atau diskon melalui aplikasi online tersebut. Tentulah strategi yang akan dilakukan tidak terlepas dari bantuan ilmu Matematika.
Oleh karena itu, begitu menyentuhnya sisi kehidupan kita melalui Matematika, tentu seharusnya menjadikan Matematika sangat penting untuk dipelajari oleh setiap orang, khususnya bagi siswa.
Namun sangat disayangkan ketika yang terjadi bahwa Matematika disandingkan dengan sisi keabstrakannya, sehingga melepaskan sisi kekonkretannya dalam kehidupan. Bahkan mungkin menjadi masalah besar bagi sebagian siswa SMP. Tidak sedikit pandangan berkembang pada siswa SMP yang beranggapan bahwa sangat sulit memahami Matematika. Hal itu bisa jadi salah satu penyebab Matematika menjadi mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa.
Jika di taman kanak-kanak melihat betapa antusiasnya siswa belajar Matematika. Mengenal konsep berhitung melalui benda-benda di sekitar, menghitung jumlah buku, pensil, atau meja yang ada di kelas, tentunya menjadi daya tarik tersendiri dan semangat dalam mempelajari matematika. Hal ini berbanding terbalik ketika siswa mulai memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) terjadi perubahan sikap bahkan terkadang menaruh kebencian terhadap Matematika.
Hal ini tentunya menjadi pertanyaan besar, Mengapa perubahan ini bisa terjadi?
Seiring dengan meningkatnya pendidikan seseorang tentu akan selaras dengan pembelajaran yang semakin meningkat, begitupun dengan Matematika. Tingkat keabstrakannya pun akan semakin meningkat juga. Jika di jenjang Taman Kanak-kanak siswa diajak mengenal Matematika melalui konteks kehidupan sehari-hari, maka di jenjang SMP bisa jadi siswa hanya dikenalkan pembelajaran Matematika melalui simbol dan rumus.
Padahal pemikiran yang abstrak dan tidak dihubungkan dengan konteks kehidupan bukan hal yang menyenangkan bagi sebagian siswa, bahkan dapat memicu pandangan negatif terhadap pelajaran ini.
Permasalahan Matematika yang terjadi di jenjang SMP seharusnya dapat diatasi oleh guru. Guru dapat menampilkan sisi kehidupan yang ada pada materi Matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari yang mudah dipahami dan disukai siswa. Pembelajaran yang memberikan makna dalam kehidupan yang dikemas dalam contoh nyata terkait fenomena kehidupan dimana Matematika sangat penting untuk membangun sendi kehidupan siswa. Hal ini tentu akan memberikan suntikan motivasi, semangat dan ketertarikan siswa dalam memahami Matematika.
Jika dalam hati siswa sudah memiliki rasa ketertarikan dan semangat dalam pembelajaran Matematika otomatis akan timbul rasa suka dan mencintai Matematika.
Sesulit apapun materi atau soal yang akan dipelajari, siswa akan dengan senang hari mencari tahu solusi dari permasalahan yang disajikan pada pembelajaran itu. Hasilnya tentu pemahaman siswa terkait materi Matematika akan semakin membaik dan meningkat.
Berbicara tentang tolak ukur hasil pembelajaran Matematika saat ini bukan hanya sekedar siswa dapat memahami Matematika secara teori saja melainkan mampu menerapkan dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Itulah yang dimaksud dengan pembelajaran bermakna.
Sebagai contoh materi persamaan linier satu variabel. Jika Guru hanya menyajikan materi tersebut kedalam bentuk simbol Matematika seperti 3x = 10.000 – 2.500 dan siswa diajak untuk mementukan berapa nilai x. Hal ini tentu tidak akan menimbulkan rasa ketertarikan siswa, karena siswa berpikir untuk apa mencari nilai x?Apakah ini ada di kehidupan saya? Agar pikiran tersebut tidak terjadi, maka seorang guru harus mampu mengubahnya menjadi lebih menarik. Misalkan, menyajikan permasalahan terkait materi kedalam bentuk cerita dengan tema “Membeli Buah Apel”. Jika Khodijah membeli buah Apel sebanyak 3 buah dengan membayar uang Rp10.000 dan memperoleh kembalian Rp2.500. Buatlah model Matematika dari situasi tersebut dengan memisalkan x adalah Apel, serta tentukan berapa harga dari satu apel? Dari hal tersebut tentunya siswa akan lebih antusias dan tertarik untuk menyelesaikan soal cerita yang disajikan. Karena bersifat konkret dan bisa terbayangkan dengan mudah oleh siswa.
Jika pembelajaran Matematika terus dikemas kedalam hal-hal yang nyata bagi siswa, maka bukan hal yang mustahil jika di diri siswa akan tertanam makna pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Harapan di masa depan mereka mampu mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan di sekolah untuk kehidupannya nanti. Sebagai seorang guru Matematika, tentunya harus mampu menghadirkan pembelajaran bermakna. Tanamkan dalam diri dan tularkan kepada siswa, “Sentuhlah Matematika melalui sisi kehidupanmu maka kamu akan menemukan betapa nyata dan indahnya Matematika”.
© 2024 Sekolah Islam Al-Azhar Cairo Palembang