oleh Dea Nova Ariani, S.Pd.,Gr.
Guru Bahasa Inggris SMP Islam Al-Azhar Cairo Palembang
Berada dan menjadi bagian dari keluarga SMP Islam Al Azhar Cairo Palembang adalah salah satu rezeki dari langit yang hikmah dan berkahnya bagi saya berbukit-bukit.
Saya masih ingat lebih kurangnya dua tahun lalu, memasuki ruangan tes sebagai salah satu syarat untuk bergabung di lembaga ini menjadi setapak harapan yang saya tanamkan. Sebagai seorang perantau yang berlatar belakang sebagai seorang pendidik yang merasa ‘berpendidikan’, mempunyai ekspektasi lebih terhadap lembaga ini adalah hal yang wajar, mengingat lembaga ini menjadi tempat pertama berlabuh usai menyelesaikan pendidikan profesi Sarjana dan Profesi Kependidikan Prajabatan yang membentuk saya menjadi seorang yang tidak biasa.
Hal pertama yang membuat mata terpanah ketika menapakkan kaki ke area lembaga termasyhur ini adalah lingkungannya yang begitu teduh menenangkan kalbu. Terbesit di relung hati seyakin -yakinnya bahwa saya bisa menjadi sesuatu dan mengambil sesuatu di sini.
Serangkaian test saya lalui dengan harap harap cemas, namun dengan rasa percaya diri yang cukup amat deras. Satu bagian dan satu pertanyaan yang paling membekas saat interview dengan Sir Aidil dua puluh empat purnama lalu adalah “please tell me one word, only one word that can describe you so much” jujur saya tertegun, bagaimana bisa saya menggambarkan diri sendiri dalam sepersekian detik dan dengan satu kata saja. Namun entah mengapa kata yang terucap hanyalah multi-talented, “I am a multi-talented person”, ujar saya pada waktu itu. Lalu satu pernyataan tersebut membekas dan berimbas sangat besar pada jalan hidup saya di Al-Azhar, hingga saat ini.
Saya mulai menyelami Samudera proses hidup di sini pada bulan Juli 2019 silam. Saya menyaksikan, begitu banyaknya Event, begitu banyaknya program dengan persiapan yang sangat matang. Maka, saya pun mulai di pertemukan Allah dengan orang-orang yang bermental baja, bertalenta tidak biasa dan berilmu luar biasa. Melihat bagaimana para pegawai di sini yang tidak hanya terbentuk sebagai guru tapi juga sesuatu, hati kecil saya mulai mempertanyakan kualitas yang saya sampaikan di awal lalu. Namun akal tak pula menanggapi kegusaran hati, saya tetap terus lanjut menyelam melihat-lihat sambil terus mencari butiran alasan kenapa sih sekolah ini di sebut menabjubkan.
Belum sampai satu minggu di sini, saya mendengar kabar bahwa seluruh guru di hadiahkan perjalanan ke negeri jiran Malayasia Singapura, tentu gratis, setelah beberapa bulan mereka mempersiapkan akreditasi sekolah dan mendapatkan hasil yang di harapkan. Karena saya dan rekan saya satu lagi baru berumur beberapa hari di sini, maka kami tidak bisa ikut. Pada saat itu, bukan iri hati yang saya rasakan, malah rasa takjub, begitu di hargai sekali kerja keras di lembaga ini. Ini yang selalu saya cari pada sebuah tempat kerja ‘memanusiakan pekerjanya’.
Lalu, tepat satu bulan saya bekerja di Al-Azhar, ada sosok guru lama yang menjadi penanggung jawab acara besar untuk Peringatan Bulan Bahasa 2019 yaitu Miss Nova Yunita, atau yang saat ini saya panggil mbak Nyo, menawarkan kepada saya untuk menjadi sekretaris kegiatannya. Saya mulai membathin, apakah ini jalan dari Allah untuk membuktikan softskill organisasi yang saya punya?! Tentu saya sambut dengan bersemangat tawaran ini. Seiring dengan persiapan kegiatan ini, banyak sekali hal yang bisa saya maknai, salah satunya ada banyak hal yang belum saya ketahui tentang manajemen diri. Namun acara yang di hadiri pembicara terkenal Iqbal Faiz ini terbilang cukup sukses. Saya pun merasa lega dan telah mampu membuktikan siapa saya, di awal langkah.
Hingga selang beberapa bulan saya menghandle kembali sebuah kegiatan besar, khususunya pada bidang acara di event Pemilihan Duta Sekolah Al Azhar 2020. Konsep telah saya buat sedemikian rupa dengan banyaknya konsultasi bersama penanggung jawab acara, panitia tahun lalu dan yayasan. Awalnya, persiapan dan kegiatan pra-acara terlaksana dengan lancar, sampai pada saatnya H-2 kegiatan, banyak sekali poin-poin yang lepas dari awasan saya, sehingga H-1 acara pun, rasa nya saya tidak sanggup melihat hasil keesokan harinya. Maka pada saat itu, dua orang yang saya sebut di awal yaitu Sir Aidil dan Miss Nyo tampak agak marah dan kecewa pada saya dan tim karena banyaknya missed di kegiatan ini yang bisa berakibat fatal dan memalukan. Sore sebelum acara H ketika semua guru dan panitia mulai beranjak pulang, saya masih terduduk lemas sambil menangis membayangkan acara esok hari itu, perasaan saya membuncah,
Bagaimana bisa saya merasa multi-talented jika diamanahkan sebagai PIC acara saja saya masih keteteran.
Bagaimana saya bisa bilang saya multi-talented kalau saya tidak bisa mempergunakannya untuk memberi ‘sesuatu’ pada sekolah.
Saya benar jatuh dari langit, hingga merasakan sakit bahwa saya tidak ada apa-apanya. Tidak semuanya bisa sejalan dengan ekspektasi sendiri. Benar, di atas langit masih ada langit. Sungguh sebuah kepercayaan diri yang begitu ironi.
Pasca tangis saya mereda, saya tidak ingin lagi mempertanyakan apa yang bisa saya dapat dari sekolah atau lembaga ini. Namun, sudah adakah yang dapat saya persembahkan untuk sekolah ini. Saya pun berjanji akan terus memperbaiki diri, mengambil pelajaran yang begitu berarti dari manajemen diri. Saya meyakini, untuk apa bersifat langit tinggi jikalau kita saja masih berjinjit hati-hati di atas bumi. Setiap orang luar biasa, namun tidak setiap orang bijaksana. Saya tidak berada di langit. Saya bukanlah langit dan sekali lagi, di atas langit masih ada LANGIT; Loyalitas, Amanah, Nalar, Gagah, Ikhlas, dan Totalitas. Bila kita belum memiliki LANGIT tersebut dalam setiap yang kita kerjakan, jangan pernah berharap bahwa langit Allah pun akan mengaminkan harapan kita.
Beberapa bulan setelahnya, saat saya di jadikan tim untuk kegiatan lain, Allah hadiahkan banyak hal yang tidak pernah saya duga sebelumnya.
Massyaallah, Bagi saya Al-Azhar adalah tempat belajar. Sungguh Allah maha benar dengan segala skenario nya.
© 2024 Sekolah Islam Al-Azhar Cairo Palembang