Oleh Diko Harjuni Tanera
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) hampir dua tahun terlaksana di Indonesia. Wabah Virus Corona (Covid-19) yang menyerang sistem pernapasan dan bisa mengakibatkan kematian ini, pada teritori Indonesia belum bisa ditanggulangi secara maksimal, sehingga menyebabkan pendidikan dialihkan dalam jaringan (daring).
Sadar atau tidak sadar, pendidikan lambat laun berubah. Peserta didik harus beradaptasi dengan keadaan yang terjadi pada dunia. Mereka harus mafhum dan maklum dengan apa yang memengaruhi dan mengubah cara hidup mereka. Salah satunya pembelajaran di sekolah.
Sekolah mau tidak mau mengikuti aturan yang terjadi. Peserta didik diwajibkan belajar di rumah dengan sistem pembelajaran daring. Sebuah langkah revolusi tapi juga tidak mudah. Akan ada banyak perbedaan, akan ada juga trial dan error serta akan ada penyesuaian kembali pada sistem pembelajaran.
Peserta didik diharuskan seperti amfibi. Salah satu kemampuan unik di mana bisa hidup di dua alam. Air dan daratan yang bisa disandingkan pula dengan dunia maya dan nyata. Suka tidak suka, ingin tidak ingin mereka harus belajar di dua tempat. Setelah terbiasa belajar dalam pertemuan langsung sekarang mencari ilmu lewat pertemuan virtual.
Pada masa pandemi, di mana pertemuan tatap muka punya banyak batasan. Peserta didik diharapkan mampu belajar secara daring yang artinya tidak bertemu langsung dengan lingkungan dan masyarakat sekolah. Positifnya, mereka lambat laun akrab dengan teknologi karena keadaan, mereka juga akan mahir memainkan gawai dan memakai berbagai aplikasinya. Ini sesuai dengan semangat revolusi industri 4.0.
Masalahnya, setelah hampir dua tahun PJJ hal negatifnya juga banyak. Apakah peserta didik berkembang dengan baik setelah tidak diawasi oleh pendidik? data di lapangan pembelajaran PJJ banyak membuat peserta didik lupa akan kewajiban dan tanggung jawabnya. Tugas dan ujian terkadang terlewatkan, pertemuan virtual kadang tidak terlalu diperhatikan, ucapan guru karena tidak bertemu seringkali disepelekan. Beberapa individu juga banyak mengalami perubahan dan perbedaan. Ada peserta didik yang dulu cerdas di sekolah, sejak PJJ jadi terlihat malas-malasan. Ada yang dulu selalu terlihat ceria, sejak belajar daring terlihat tidak berbahagia dan sebagainya
Menyadari hal itu, tentu peran pendidik amat sangat penting untuk perkembangan peserta didik. Walau fungsi sekolah di masa kini, beberapa mulai bisa digantikan teknologi. Tetapi harus diingat juga tugas sekolah bukan hanya memberikan pengetahuan umum yang sekarang faktanya dengan mudah bisa dicari di internet. Peserta didik tinggal ketik kata kunci, tinggal klik/tap, akses alamat web dan informasi langsung bisa ketemu dan tahu.
Tapi tolok ukur sekolah bukan cuma berbagi pengetahuan saja. Sekolah juga sebagai tempat membentuk pribadi sosial. Sekolah juga membentuk keterampilan dasar dan lain-lain. Yakinlah bahwa peserta didik yang berhasil lahir dari pendidik yang terpercaya dan mahir. Masa ini adalah masa di mana orang tua berlomba-lomba mencari tempat terbaik untuk menyekolahkan anaknya. Wajar saja karena lingkungan adalah salah satu hal paling utama untuk membentuk mereka, menjadi manusia yang berkualitas dan berkepribadian baik.
Pertemuan tatap muka (PTM) terbatas yang mulai dilaksanakan saat ini jelas menjadi pelepas dahaga di panas yang terik. Solusi yang benar ditunggu oleh orang tua dan pendidik. Peserta didik kembali ke hulu, di mana mereka bisa kembali bersosialisasi dan mendapatkan ilmu. Harapannya jelas agar mereka lebih mampu mengembangkan potensi diri.
Kegiatan belajar mengajar secara langsung dengan pendidik yang bisa mengetahui kemampuan mereka, jelas akan membantu peserta didik. Pendidik yang baik pun harus memahami kekurangan dan kelebihan mereka, apa yang harus mereka perbaiki, apa yang harus mereka ubah dan capai, apa yang menjadi minat dan bakat mereka sehingga mampu secara maksimal meningkatkan kecerdasan baik intelektual, emosional bahkan spiritual. Peserta didik pun butuh lingkungan yang mendukung. Tempat di mana mereka bisa menuntut ilmu dengan nyaman serta tertib hingga mereka bisa fokus dan tidak ada gangguan lain.
PTM terbatas ini semoga menjadi awal mula kegiatan pendidikan kembali normal, agar segala kegiatan pembelajaran terasa lebih menyenangkan. Setelah beberapa kali ditunda karena corona yang terasa fluktuatif, naik turun meresahkan rakyat Indonesia dari berbagai sisi. PTM terbatas juga seharusnya menjadi kunci bagaimana pendidikan harus dilanjutkan dan semoga negara ini segera melewati masa yang pahit. Salam
© 2024 Sekolah Islam Al-Azhar Cairo Palembang