Oleh:
Dina Novita, S.Pd.
Guru Bahasa Indonesia SD Islam Al-Azhar Cairo Palembang
Setiap kali kita membuka mulut, berbicara, kita sebenarnya sedang mempertontonkan kepribadian kita sebenarnya. Bahasa sangat lekat dengan penggunanya. Hal ini dapat dibuktikan dengan ungkapan “bahasa adalah cermin kepribadian seseorang”. Banyak orang bijak dapat menentukan watak seseorang dari caranya berbicara. Sering kali hal pertama yang kita lihat dari seseorang yaitu penampilannya. Jika penampilannya rapi dan menarik kita bisa menyimpulkan bahwa orang itu juga menarik.Tetapi jika dilihat dari penampilannya yang acak-acakkan kita sudah hilang rasa duluan terhadap orang itu. Selanjutnya, kita mulai berkomunikasi dengan orang tersebut hal yang paling kita perhatikan adalah bahasanya. Kalau bahasanya sopan santun, lembut, mudah dimengerti dan kata-katanya itu tidak menyinggung kita akan merasa nyaman berkomunikasi dengan orang itu. Tapi coba kalau bahasanya yang kasar apalagi bahasa kebun binatang dibawa-bawa, kita pasti merasa tidak nyaman berkomunikasi dengan orang tersebut.
Dari tutur kata kita bisa melihat bagaimana kepribadian seseorang. Bahasa yang baik yaitu bahasa yang mencerminkan sikap yang sopan, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia juga mudah dimengerti, dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Kita tentunya harus memahami siapa lawan bicara kita. Apakah teman sebaya, orang yang lebih tua atau juga yang lebih muda dari kita karena dari tutur kata orang dapat menilai kepribadian kita. Sehingga dalam bertutur kata perlu adanya penyesuaian dan pemahaman dengan lawab bicara. Bayangkan, jika kita berbicara kasar dan menyinggung atau tak menghormati lawan bicara kita, tentu mereka pun juga tidak akan menghormati dan mungkin akan mengganggap kita tak berpendidikan. Penilaian akhir yang disematkan pada kita yaitu mempunyai sifat yang sombong dan memandang rendah orang lain.
Apalagi sebagai guru tentu kita harus bisa menggunakan bahasa yang baik karena Guru seseorang yang digugu dan ditiru. Kalau bahasanya kurang baik, bagaimana dengan anak didik kita? Terkadang secara tidak sengaja seorang guru menggunakan kata-kata yang kasar dan menyakitkan hati ketika ada anak didik yang melakukan kesalahan ataupun yang lambat dalam pelajaran. Hal ini malah membuat mental anak menciut dan enggan memperbaiki diri. Sebagai seorang guru hendaknya kita menghindari hal tersebut. Penggunaan bahasa yang baik bermula dari keteladanan, baik keteladanan dari guru ataupun dari orang tua. Di lingkungan sekolah, keteladanan guru sangat diperlukan dengan cara menggunakan bahasa yang baik dalam mengajar atau dalam berinteraksi dengan anak didiknya. Jika guru memberikan contoh cara berbahasa yang baik, maka anak didik akan mengikuti apa yang diucapkan dan dilakukan oleh guru nya. Jadi sumbangsih guru dalam pembentukkan karakteristik anak didik dapat diwujudkan dalam kebiasaan berbahasa yang baik.
Bahasa dipengaruhi dari lingkungan tempat tinggal kita, dengan siapa kita berteman atau mungkin juga dari pengalaman-pengalaman yang kita pelajari. Tapi apapun yang kita pelajari ataupun dengan siapa kita berteman tentunya kita harus bisa mengendalikan tutur kata yang kita ucapkan. Oleh karena itu, kita sebagai guru marilah kita mulai membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam pergaulan sehari-hari baik di tempat kita mengajar ataupun dilingkungan tempat tinggal kita.
Tidak hanya di sekolah, peran orang tua juga ikut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan karakteristik berbahasa anak. Orang tua adalah teladan pertama bagi anaknya untuk bisa berbahasa yang baik karena orang tua selalu berkomunikasi dengan anak di rumah. Maka hendaknya orang tua dapat memberikan tuntunan berkomunikasi dengan memilih kosakata yang bagus dan santun saat berbicara dengan anak. Hal itu juga bisa diperkuat dengan mengajar kan anak menulis dan memberikan bahan bacaan yang baik.
Dengan demikian kita berharap generasi muda saat ini khususnya anak didik kita akan terhindar dari budaya bahasa gaul, alay, atau kadang terkesan kotor yang banyak tercermin dalam kehidupan sehari-hari ataupun media sosial. Perlu adanya sinergi dalam membekali anak didik dengan pendidikan berbahasa yang baik agar menjadikan anak didik memiliki kepribadian yang santun dan baik dalam berbahasa. Tentunya itu bukan hanya tugas dari seorang guru bahasa Indonesia saja tetapi semua guru menjadi teladan anak dalam membentuk kepribadian mereka dimasa depan pada zaman yang semakin melaju pesat dengan segala kecanggihan teknologi.
Kepada para pembaca saya menunggu kritik dan sarannya agar artikel ini lebih bermakna. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih.
© 2024 Sekolah Islam Al-Azhar Cairo Palembang