Merajut Takdir

Oleh : Ahmad Sopian

Guru Tahfizh SMP Islam Cairo Palembang

 

Siapa sih yang tidak kenal dengan takdir?

Ya, dari anak-anak sampai orang dewasa, semua orang sudah kenal dengan kata ini. Kata sederhana ini memiliki arti yang sangat luas bagi kehidupan, apalagi kita sebagai seorang muslim yang diwajibkan untuk beriman pada perkara yang tertera dalam rukun iman, yakni beriman kepada Qodho dan Qodar.

Dalam kamus Bahasa Arab Karya Mahmud Yunus yang dikutip dari jurnal Alqur’an dan Al-hadits, kata takdir berasal dari kata qodaro yang artinya ketentuan karena sesungguhnya Allah SWT telah menentukan suatu perkara atas kehendakNya. Qodho dan Qodar mungkin sering dianggap istilah berkesinambungan dan bermakna sama, tetapi tidak demikian. Jika disebutkan qodho saja maka mencakup makna Qodar, demikian pula sebaliknya.

Ketika berbicara masalah takdir, hal ini tidak terlepas dari segala sesuatu yang ada kaitannya dengan kehidupan dan hal-hal yang berasal dari ketentuan atau ketetapan Allah SWT. Sama halnya seperti yang saya alami saat ini, mungkin ini sebenarnya merupakan salah satu takdir dari Allah SWT.

Mengapa demikian saya katakan begitu?

Ya karena saat ini saya bekerja tidak sesuai dengan pendidikan kuliah yang saya tempuh. Saya kuliah di jurusan ilmu kesehatan masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya, bisa dikatakan jauh sekali dengan pekerjaan yang saya jalanin saat ini. Saat ini saya bekerja sebagai seorang guru di salah satu sekolah swasta. Ya sekolah ini bisa dibilang sangat luar biasa, karena di sekolah ini sudah menggunakan teknologi IPad Class dan merupakan sekolah Islam yang memiliki tujuan menjadikan generasi yang cinta Al-qur’an yang juga melek terhadap teknologi.

 

Awalnya, canggung pasti, ketika awal bergabung saya mengalami begitu banyak kesulitan dialami. Mulai dari kesiapan administrasi yang saya tidak tahu sama sekali, metode pengajaran, bagaimana menjadi sosok guru yang baik. Yang mungkin sulit untuk bisa saya lakukan. Namun lama kelamaan semuanya jadi biasa dan bisa menyesuaikan dengan sendirinya. Hal ini mengajarkanku, bahwa tak selamanya pendidikan yang kujalani harus selaras dengan pekerjaan yang saat ini kutekuni.

Seiring dengan berjalannya waktu, lama-kelamaan menjadi seorang guru suatu hal yang biasa dalam keseharian saya. Meskipun begitu, seorang guru tidak boleh menjadi guru yang biasa-biasa saja, melainkan menjadi guru yang “luar biasa dan biasa diluar”. Guru yang luar biasa itu adalah guru yang tidak berhenti belajar untuk mempersiapkan pelajaran yang sesempurna mungkin. Sedangkan guru yang biasa diluar ialah mereka yang selalu mentadabburi lingkungannya untuk mempersiapkan dan mendewasakan diri sebagai seorang pengajar.

Subhanallah ternyata menjadi seorang guru merupakan pekerjaan yang paling mulia jika dilihat dari perspektif amal jariyah, jika dijalani dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Nabi pun pernah berkata dalam salah satu hadits-Nya, bahwasanya “Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputus lah amalnya. Kecuali 3 hal, Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaaat serta doa anak yang Shalih”.

 

Views All Time
Views All Time
509
Views Today
Views Today
1

Post comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2024 Sekolah Islam Al-Azhar Cairo Palembang

WhatsApp WhatsApp us